Bob Marley, Pram dan Suara Pembebasan

Bob Marley dan Pram sudah menyadarkan kita, dunia hari ini sunyi akan suara-suara untuk masyarakat tertindas. Praktis dalam bingkai kehidupan seperti ini banyak orang tidak lagi peduli dengan nasib orang banyak, kita lebih memilih hidup bergelimpang harta dari pada saling berbagi satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan. Orang tidak lagi memilik prinsip dalam dirinya, menjadikan mereka sangat pragmatis, berusaha sebisa mungkin bertahan dalam zona nyaman, tidak miskin dan tidak juga menolong yang miskin. Sekarang berbicara soal kemiskinan dianggap sebuah kemunafikan dan uang sudah menjadi tolak ukur kebahagiaan.

Inilah kapitalisme, bagi Albert Einstein dalam tulisannya “Why Socialism?” ini merupakan gambaran dari seseorang yang telah berjuang keras namun sia-sia untuk memperoleh keseimbangan dalam dirinya sendiri dan kurang lebih menjadi putus asa. Ini merupakan ekspresi dari kesendirian yang menyedihkan dan terasing dari masyarakat banyak yang saat ini sedang menderita. Harus diakui, setiap orang pernah merasakan hal seperti ini.

Namun Bob Marley dan Pram bisa keluar dari belenggu tersebut, mereka punya prinsip dalam hidupnya. Karya-karya mereka bersatu dengan lingkungan sekitar, tak luput dari persoalan sosial. Bob Marley dalam lirik-lirik lagunya berbicara soal kemiskinan, semangat perjuangan, rasisme dan lainnya, Pram dalam tulisan-tulisannya berbicara soal sejarah perdaban manusia, kritik sosial yang tak memisahkan diri dari segala persoalan. Keduanya telah mewariskan karya yang dikenal lintas generasi.

“…krisis kehidupan saat ini berkaitan dengan hubungan antara individu dengan masyarakat. Individu menjadi lebih sadar daripada sebelumnya akan ketergantungan kepada masyarakat. Tetapi ia tidak menyadari bahwa ketergantungan ini sebagai suatu aset berharga, suatu ikatan organik, suatu tenaga pelindung, tetapi lebih cenderung sebagai ancaman terhadap hal-hal alamiahnya, atau bahkan atas kondisi ekonominya. Lebih jauh, posisinya dalam masyarakat lebih ditekankan terus-menerus dalam bentuknya dimana lebih ditentukan oleh sifat egoisnya, ketimbang ditentukan oleh alur sosialnya…” (1949. Albert Einstein, Why Socialism?).

Selama kita memisahkan diri dari masyarakat, selama itu pula kita akan merasa lemah dan tersingkir, padahal setiap orang apapun posisinya di masyarakat mengalami penderitaan yang sama. Tapi tak sedikit diantara kita terlalu egois atas kenikmatan hidupnya, bahkan enggan untuk hidup sederhana. Inilah yang disadari Bob Marley dan Pram, riwayat hidup keduanya tak luput dari peristiwa-peristiwa kelam, dan peristiwa yang mereka alami itu tidak membuat mereka takut atau bahkan malu mengeluarkan suara-suara pembebasan. Selamat ulang tahun Bob Marley dan Pram!

Komentar

Posting Komentar