Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Melihat Dunia Layaknya Seorang Anak

Gambar
Sumber: phillyvoice.com Aurora tentu sangat sadar, dunia sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Bencana alam, kemiskinan, perang, teror, hampir di belahan dunia manapun telah terjadi. Siapa yang harus disalahkan? Kenapa semua ini terjadi? Sebenarnya apa yang sedang dia rasakan? Apa yang dipikirkan olehnya? Setiap orang bisa merasakan trauma ketika dirinya mengalami sebuah bencana, fisik ataupun batin akan terguncang. Ada seorang Ibu yang merasakan pedihnya kehilangan seorang anak karena terbunuh dalam ruang konflik, ada sang Ayah yang gelisah belum mendapatkan upah yang akan digunakan untuk membeli susu si anak. Aurora telah melihat itu, iya juga bisa merasakan itu. Hatinya terkadang sakit menghadapi kenyataan tersebut, tak jarang Aurora marah, berharap semua ini berakhir secepat mungkin. Dunia seperti ini begitu kejam, karena seorang anak akan merasakan hal sama bila semua ini tak berakhir. Dia selalu ingin kehidupan penuh kegembiraan, layaknya anak-anak bermain denga

Kita Bagai Jakarta Sehabis Hujan

Gambar
Alasan mengapa kita menjalankan rutinitas sehari-hari adalah satu, untuk bertahan hidup. Sejak lahir kita telah dibentuk supaya kedepan nanti mampu melakukan proses demi bertahan hidup. Ketika diasuh Ibu, diberikan asi untuk memenuhi nutrisi dengan harapan kelak tumbuh dewasa. Kita diajari berbicara, berinteraksi dengan sesama dan segala elemen yang ada di dunia ini. Tumbuh besar, berkecukupan merupakan impian bagi setiap orang. Setelah kita telah mampu melewati proses yang demikian, mulailah berkenalan dengan pendidikan, namun hal ini tidak se-ideal atas apa yang telah menjadi hak kita sebagai masyarakat, masih banyak diantara kita tidak bisa mengakses pendidikan tersebut, mereka yang tidak bisa mengakses ini, tak jarang harus melompat jauh untuk mulai bekerja, mereka tidak bisa menikmati bermain bersama teman-teman dibangku sekolah, mereka justru harus lompat dan masuk ke gerbang dimana keringatnya akan diperas habis. Jakarta, kota yang sekian lama telah menjadi utop

Bapak Jadilah Gemuk Kembali

Gambar
Sony selalu mengakui bahwa dirinya memang tidak bisa ngobrol layaknya teman pada orang tuanya entah apa sikap seperti ini bisa tumbuh pada dirinya, Sony terkadang iri pada teman-temannya karena mereka busa membuat Ibunya tertawa, memeluk Bapaknya, mencium pipi kedua orang tuanya.   Sony sangat benci perasaan takut kehilangan seseorang dalam hidupnya, bagi Sony perasaan ini sangat menyiksa, membuat hatimu sakit, kakimu akan gemetar, kau akan merasakan ingus yang mengumpul akan tumpah, air mata akan meluap.              Sony sanga t terkejut, si Bapak akhirnya sakit, jatuh sakit tepat di depan matanya sendiri. Sepulang kerja si Bapak duduk diam di kursi, matanya tertutup, tubuhnya dingin. Selama ini Sony tak pernah mempersiapkan diri, melupakan kenyataan bahwa suatu saat nanti Bapak akan jatuh sakit juga, akan pergi meninggalkan dirinya. Bapak akhirnya dibawa ke rumah sakit, Bapak dirawat, Sony hanya bisa membantu untuk menjaga Bapak memastikan si Bapak bisa pergi kencing

Yang Kubutuhkan Bukan Rasa Kasihan Tapi Hidup Layak

Gambar
Tarmin bukanlah seorang anak muda yang bisa menikmati kemewahan barang-barang yang dimiliki banyak orang, ini bukan persoalan takdir baginya, bukan persoalan kurang beruntungnya sebuah hidup, Tarmin menyimpulkan ini karena ada sebagian kecil orang rakus yang bahkan mencuri jatah sesuap nasinya. Tarmin kecil memang sudah kenyang dengan perihnya menahan lapar, keringnya tenggorokan menahan haus, menahan rasa lengket badan karena air pompa yang kian mengering. Tarmin sekarang bagai orang yang mampu hidup ditengah padang pasir, wajahnya yang kusam sudah menunjukan kengerian kisah pilu. Tak jarang teman-temannya memandang dengan rasa kasihan, namun Tarmin tegas mengingatkan: "Jangan pernah memandang diriku dengan rasa kasihan, kasihanilah mereka yang miskin hati memandang orang dengan rasa kasihan, apakah kamu sudah merasa lebih bahagia dariku?" Mereka (teman-temannya) ada yang berpikir Tarmin orang yang sombong, ada yang berpikir Tarmin orang yang tak tahu diri,