Bapak Jadilah Gemuk Kembali
Sony selalu mengakui
bahwa dirinya memang tidak bisa ngobrol layaknya teman pada orang tuanya entah
apa sikap seperti ini bisa tumbuh pada dirinya, Sony terkadang iri pada
teman-temannya karena mereka busa membuat Ibunya tertawa, memeluk Bapaknya,
mencium pipi kedua orang tuanya.
Sony sangat benci perasaan takut kehilangan seseorang
dalam hidupnya, bagi Sony perasaan ini sangat menyiksa, membuat hatimu sakit,
kakimu akan gemetar, kau akan merasakan ingus yang mengumpul akan tumpah, air
mata akan meluap.
Sony sangat terkejut, si Bapak akhirnya sakit, jatuh
sakit tepat di depan matanya sendiri. Sepulang kerja si Bapak duduk diam di
kursi, matanya tertutup, tubuhnya dingin. Selama ini Sony tak pernah
mempersiapkan diri, melupakan kenyataan bahwa suatu saat nanti Bapak akan jatuh
sakit juga, akan pergi meninggalkan dirinya.
Bapak akhirnya dibawa ke rumah sakit, Bapak dirawat, Sony
hanya bisa membantu untuk menjaga Bapak memastikan si Bapak bisa pergi kencing
ke kamar mandi, memastikan Bapak harus minum setelah kencing, ingin tetap
melihat Bapak tidur lelap tanpa harus menggigil badannya.
Sony senang akhirnya Bapak bisa pulang ke rumah kembali,
Bapak tidak harus setres berlama-lama di rumah sakit, Bapak bisa melihat
tingkah cucunya yang tak bisa diam itu, mendengar cucunya teriak “Kakek!”
padanya, Bapak bisa kembali kerja. Sony sadar kali Bapak tidak bisa menunggangi
motornya, Sony biasa-biasa saja, Bapaknya pergi dan pulang berjalan kaki
diwaktu kerja karena si Bapak tidak pernah meminta untuk diantar pergi san
dijemput pulang.
Baru saja pulang dari rumah sakit Bapak sakit kembali,
Bapak dengan tubuh yang sudah kurus, basah dengan keringat, panas, menggigil,
kembali Sonya melihat itu, perasaan takut kehilangan yang dibencinya itu datang
kembali, Sony sangat tersiksa dengan perasaan seperti itu, Sony hanya berharap
Bapak tidak harus dirawat, setidaknya itu membuktikan kondisi si Bapak lebih
baik dari sakit sebelumnya dan harapan Sony menjadi kenyataan.
Sony bertanya pada Kakaknya, kenapa si Bapak bisa sakit
lagi, Kakaknya menjelaskan si Bapak kurang minum air juga kelelahan. Pada saat
itulah Sony sadar, karena sikapnya yang tidak peduli untuk sekedar mengantar
dan menjemput Bapak diwaktu kerja telah membuat Bapak jatuh sakit kembali, Sony
paham perasaan takut kehilangan yang paling dibencinya itu adalah karena
sikapnya sendiri, ini sangat memalukan, sangat menjijikan baginya.
Sony kecewa atas dirinya sendiri, selama ini telah
memeras keringat Bapaknya sendiri, keringat Bapaknya telah ia keringkan sampai
tubuh Bapak yang gemuk jadi kurus, kulitnya mengendur, pipinya tak lagi tebal,
rambutnya tak lagi lebat, renta sakit. Sony sadar dirinya tak ubahnya pengusaha
yang memeras habis keringat pekerjanya. Sony paham, sekarang ini ia harus
memperlakukan si Bapak layaknya manusia sejahtera.
“Bapak jadilah gemuk kembali, tubuhmu yang kurus,
kulitmu yang mengendur, pipimu yang tak lagi tebal, rambut yang tak lagi lebat,
semua ini tak seharusnya terjadi, maaf aku telah menjadikanmu renta sakit,
jadilah gemuk kembali dan sehatlah selama mungkin, selama mungkin sampai aku
bisa memeluk dirimu diwaktu gemuk dan sehat, mencium pipi kamu dan Ibu,
mengajak kalian berdua makan bersama, bertiga kita bicara hal apapun itu."
Sony = ajir?
BalasHapusBtw wak syari sakit jir??
hahaha.... iya sakit
BalasHapus