Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Untuk Mu Yang Belum Memiliki Nama

Gambar
Pada pukul 07.55 WIB, mendapatkan kabar Ibunya fase pembukaan ke 4. Ibunya sedang berada di klinik terdekat, ditemani nenek, kakek, juga seorang pamannya. Tantenya bertanya “Normal kan lahirnya?” jawab pamannya “Yaelah   belom lahiran kali”, istri dari pamannya masuk ke dalam perbincangan “Ya nanti kalo udah pembukaan ke 10 siap lahiran. Pamannya yang kedua masuk juga dalam perbincangan “Jadi lahirannya sekarang?” istri dari pamannya yang pertama menjawab “Insya Allah, tinggal tunggu waktu”. Perbincangan ini berlangsung dalam sebuah aplikasi komunnikasi telepon genggam.   Pamannya yang pertama memang sedang dirumah, tidak masuk kerja karena istrinya sakit, sementara tantenya sedang kerja, dan paman keduanya tidak jelas keberadaannya, yang pasti ia sudah tidak ada dirumah sejak malam. Pukul 15.44 WIB lahirlah kamu yang belum memiliki nama, telah menunggu nenek dari ayahmu, nenek dan kakek dari ibumu, juga istri dari paman pertamamu yang sedang sakit. Semua berkumpul untuk melih

Jangan Melihat Rambut Ibu Yang Duduk Membelakagimu

Soni sebagai anak yang tidak terlalu akrab dengan Ibunya menyarankan sesekali dudukulah tepat dibelakang Ibumu, dan bukan hanya sekedar duduk, tapi perhatikan baik-baik dirinya. Mulailah   dari rambut dan cukup sampai disitu. Soni bercerita bahwa tercengang, akhirnya sadar waktu terus berjalan, tak terasa perjalanannya. Bukan karena kondisi fisik Ibunya, karena Ibunya baik-baik saja. Bukan karena umur Ibunya, karena Ibunya relatif muda dan masi bisa beraktifitas   layaknya anak muda. Tapi Soni melihat sesuatu dari Ibunya dan itu membuat Soni terdiam sesaat, membuatnya ingat bahwa Ibunya yang terkadang menyebalkan, sedikit bawel, perhatian, walaupun tak begitu memgingat kegiatannya sehari-hari, telah menjadi tua secara tiba-tiba. Lama sudah Soni tidak memperhatikan Ibunya tumbuh tua. Orang yang sedang duduk membelakanginya itu tak segan merawatnya, sesaat dan tak biasanya Soni berucap tak rela Ibunya harus wafat sebelumnya, tak tahu bagaimana perasaannya yang pasti akan ditingg

Gunakanlah Nalar Karena Bukan Pajangan

Gambar
Dalam beragama sering orang ilang analisa kritisnya, karena tunduk oleh pemuka agama yang dianggap tidak boleh dibantah. Disinilah agama jadi alat pembenaran. Jadi menafsirkan Quran itu harus diketahui juga situasi dan kondisi diturunkannya surat di dalem Quran tersebut, biar ketemu nilai keadilan dalem ajaran Islam. Jangan dikit-dikit "Konspirasi Illumidaki!!! Remason!!! Wahyudi!!! Tapir!!! Terkutuklah pada ustad seleb ini, sebut saja Aa Gym. Doi adalah orang yang dikagumi para anggota PKS, yang mentrinya menjijikan si Tifatul Sembiring. Dan juga semua ini pendukung Prabocor Subiantot. Aku memang orang yang penuh kekurangan, tapi kita harus sadar bahwa nalar itu harus digunakan karena bukan sebuah pajangan. Suatu hari Jakarta Post yang dianggap media pendukung Jokowi oleh mereka, m engeluarkan karikatur dimana ada bendera bertuliskan arab gundul "Laillahailallah" cetar! muslim karbitan kayak ustad seleb Aa Gym menyimpulkan karikatur tersebut menghina Is

Kemanusiaan Untuk Siapapun

Banyak diantara kita menanggapi berita penyerangan Israel ke Palestina dengan jiwa yang berapi-api, dengan jiwa solidaritas tinggi, dengan jiwa korsa sekalipun. Ini patut dibanggakan, setidaknya banyak diantara kita yang peduli dengan kasus-kasus bahkan nan-jauh dimata, setidaknya selemah-lemahnya iman besuaralah atas sebuah masalah. Sepertinya banyak diantara kita sudah tahu, bahwa penyerangan Israel ke Palestina bukan penyerangan yang sesekali, penyerangan ini telah dilakukan berkali-kali. Sepertinya banyak diantara kita masih ingat, bahwa penyerangan Israel ke Palestina bukan penyerangan yang hanya dilakukan tahun ini, penyerangan ini telah dilakukan bertahun-tahun lamanya. Banyak diantara kita sepakat, permasalahan ini telah mencederai kemanusiaan, mulai dari seorang Ayah, Ibu, tak luput anak-anak juga balita menjadi korban. Luka, tangis, ketakutan, harapan tak bisa lepas dari sebuah tragedi kemanusiaan. Tragedi kemanusiaan adalah momok yang belum bisa hilang dari dunia ini

Pertanyaan Yang Tidak Perlu Kau Jawab

Kalo kamu pecinta, penyayang alam, kenapa membiarkan pabrik-pabrik tumbuh berjamuran? Apakah hanya sekedar mendaki gunung untuk membuktikannya? Aku rasa manusia adalah bagian dari alam itu sendiri, bagaimana kamu menjelaskan bahwa mencintai dan menyayangi alam tapi tidak pula peduli dengan bagian-bagian (manusia) dari alam itu sendiri? Apa mungkin kita sekarang ini yang bertapak padah tanah adalah terpisah dari alam? Benarkah kamu seorang anak alam? Atau aku yang keliru?

Senioritas dan Peloncoan

Waktu Jepang nguasain Indonesia, diterapin sistem militer di segala bidang, termasuk dalem pendidikan formal. Ini di dasari UU No. 1 waktu itu. Anak-anak sekolah harus ngikutin etos keprajuritan dengan senam Taiso, kepala gundul, make topi pet model serdadu Jepang & baris-berbaris. Sekolah Dasar disini masi ngadopsi budaya Fasis Jepang, rambut harus pendek & gak boleh keliataan gondrong, sebelum masuk kelas harus baris. Setiap Senen, ada upacara & harus peke topi, dasi, gesper item, sepatu item, kaos kaki putih. Mirip sekolah militer harus seragam. Masuk SMP, SMA, ditambah dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Siswa yang baru masuk dipaksa tunduk sama yang duluan masuk. Mirip budaya militer. Begitu juga ama kuliah, tapi di jenjang ini namanya OSPEK. Budaya bigini justru di aminin sebagai budaya kita, dan gak boleh diapus. Gak sedikit organisasi-organisasi, mulai dari himpunan-himpunan kampus, komunitas hobi, sampe organ eksternal juga bangga ngadopsinya. Per

Kita Satu Barisan

Begitu menyenangkan bukan ketika kamu memiliki dua buah mata yang dapat melihat, kamu bisa memandang keindahan alam, memandang pahitnya kesengsaraan. Aku tidak, dua buah mataku gelap, segelap kehidupan yang kita alami, aku tidak bisa melihat tetesan air mata yang kelaparan, sedangkan kamu bisa. Begitu menyenangkan bukan ketika kamu memiliki dua buah tangan, kamu bisa merasakan telapak tangan kasar para buruh wanita. Aku tidak, dua buah tanganku bahkan untuk sekedar memegang pensil dibutuhkan latihan berbulan-bulan, apalagi untuk merasakan telapak tangan kasar para buruh wanita. Begitu menyenangkan bukan ketika kamu memiliki dua buah kaki, kamu bisa berdiri satu barisan dengan sesama kamu, berjalan perlahan juga berlari saling mengejar dan dikejar satu sama lain. Aku tidak, aku hanya bisa duduk tanpa menginjak tanah ini. Kalian jangan coba-coba pandang sebelah mata terhadap kami, kalian jangan pernah menutup mata akan keberadaan kami. Kalian jangan pernah mencoba melipat tangan untu

Sedikit Soal Diorama di Museum

Gambar
Kalo maen ke Jogja, jangan lupa mampir ke Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta. Ada hal yang menarik & gak menarik disana. Yang menarik disana, ada diorama-diorama kek di Monas gitu sbg ilustrasi sejarah dlm bentuk miniatur, ini cocok buat pecinta sejarah. Salah satu diorama ngegambarin pemogokan kaum buruh di pabrik gula sekitar Yogyakarta, kejadiannya Tgl 20 Agustus1920 dipimpin R.M Suyopranata. Uraian singkatnya gini: Awal abad XX kehidupan buruh pabrik gula di Yogyakarta memprihatinkan karena sewa tanah & upahnya rendah. Utk itu R.M Suryopranata menuntut kenaikan upah & sewa tanah. Tp tuntutan tdk dipenuhi & seluruh buruh pabrik gula di Yogyakarta mogok pd 20 Agustus 1920. Berkat kegigihan tsb, Belanda akhirnya memenuhi tuntutan, upah dinaikan. Dampak pemogokan meluas ke buruh perkebunan, pegadaian, & perusahaan kereta api. Serintilan sejarah ini pukulan telek buat orang anti mogok kerja. Hebat buat buruh Yogyakarta 1920 \m/ nah yang gak menarik di tempat i