Senioritas dan Peloncoan
Waktu
Jepang nguasain Indonesia, diterapin sistem militer di segala bidang,
termasuk dalem pendidikan formal. Ini di dasari UU No. 1 waktu itu.
Anak-anak sekolah harus ngikutin etos keprajuritan dengan senam Taiso,
kepala gundul, make topi pet model serdadu Jepang & baris-berbaris.
Sekolah Dasar disini masi ngadopsi budaya Fasis Jepang, rambut harus pendek & gak boleh keliataan gondrong, sebelum masuk kelas harus baris. Setiap Senen, ada upacara & harus peke topi, dasi, gesper item, sepatu item, kaos kaki putih. Mirip sekolah militer harus seragam.
Masuk SMP, SMA, ditambah dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Siswa yang baru masuk dipaksa tunduk sama yang duluan masuk. Mirip budaya militer. Begitu juga ama kuliah, tapi di jenjang ini namanya OSPEK. Budaya bigini justru di aminin sebagai budaya kita, dan gak boleh diapus.
Gak sedikit organisasi-organisasi, mulai dari himpunan-himpunan kampus, komunitas hobi, sampe organ eksternal juga bangga ngadopsinya. Persetan senioritas
Sekolah Dasar disini masi ngadopsi budaya Fasis Jepang, rambut harus pendek & gak boleh keliataan gondrong, sebelum masuk kelas harus baris. Setiap Senen, ada upacara & harus peke topi, dasi, gesper item, sepatu item, kaos kaki putih. Mirip sekolah militer harus seragam.
Masuk SMP, SMA, ditambah dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Siswa yang baru masuk dipaksa tunduk sama yang duluan masuk. Mirip budaya militer. Begitu juga ama kuliah, tapi di jenjang ini namanya OSPEK. Budaya bigini justru di aminin sebagai budaya kita, dan gak boleh diapus.
Gak sedikit organisasi-organisasi, mulai dari himpunan-himpunan kampus, komunitas hobi, sampe organ eksternal juga bangga ngadopsinya. Persetan senioritas
Komentar
Posting Komentar